![]() |
Foto. ILUSTRASI |
Bima – Dugaan kebocoran sumur di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Bima, Nusa Tenggara Barat, memicu protes dari aktivis setempat. M Rum, aktivis lingkungan di Bima, menuding kebocoran tersebut mencemari sumber air bersih warga di sekitar lokasi.
Rum mengungkap, insiden yang terjadi pada 2024 itu baru terkuak setahun kemudian. Ia menuding pihak Pertamina menutup-nutupi kasus tersebut dari publik dan pegiat sosial. “Ini bukan kejadian pertama, dan yang lebih parah, informasinya ditahan selama setahun,” kata Rum, Kamis (14/8/2025).
Tak hanya soal kebocoran, Rum juga mengaitkan peristiwa ini dengan dugaan praktik “mafia migas” yang menurutnya perlu diusut tuntas. Ia mengaku sudah berkomunikasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bima, namun dinas tersebut disebut enggan membuka informasi. “Kalau memang bersih, keluarkan hasil uji laboratorium kebocoran itu,” tegasnya.
Rum menyatakan akan mengirim surat resmi ke DLH dan mendesak Komisi II DPRD Kabupaten Bima membantu investigasi. “Kita harus tahu siapa saja aktor di balik dugaan mafia migas ini,” ujarnya.
Menanggapi tudingan itu, Area Manager Communication, Relations and CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, membenarkan adanya kebocoran sumur, namun menyebutnya sebagai kasus lama. “Saat ini kami rutin menyalurkan air bersih lewat tangki 5.000 liter dua kali sepekan. Penyedotan sumur lama juga masih dilakukan secara berkala karena masih ada sisa film minyak, meski sangat sedikit,” jelas Ahad.
Pertamina, lanjutnya, juga berencana membangun sumur baru melalui program CSR, sesuai proposal yang diajukan pihak kelurahan. (Red)